Senin, 16 September 2013

IKAN YANG SEDANG DILAHAP ITU PUN HIDUP KEMBALI BERKAT KERAMAT HABIB EMPANG BOGOR

“Catatan Perjalan Ziarah ke Makam Al-Habib Abdullah bin Muhsin Alattas (Keramat Empang Bogor)”

Ahad pagi 08 September 2013, kami berempat, al-Habib Mushthafa bin Muhsin al-Jufriy, Kyai Ibnu Mas’ud, Ustadz Giga Tangerang dan saya (Sya’roni), tiba di Masjid Keramat Empang Bogor. Tak jauh dari Kebon Raya Bogor tepatnya kawasan Empang Bogor selatan terdapat makam para auliya’ yang lokasinya tepat di Jl. Lolongok Kompleks Masjid an-Nur.

Yang kami tuju adalah berziarah ke makam Keramat Empang Bogor. Di dalamnya telah dikebumikan jasad-jasad auliya’, yakni al-Habib Abdullah bin Muhsin Alattas bersama dengan makam anak-anaknya yaitu al-Habib Muhsin bin Abdullah Alattas, al-Habib Zain bin Abdullah Alattas, al-Habib Husein bin Abdullah Alattas, al-Habib Abubakar bin Abdullah Alattas, Syarifah Nur binti Abdullah Alattas dan murid kesayangannya yaitu al-Habib Alwi bin Muhammad bin Thahir al-Haddad serta seorang ulama besar yang wafat pada 26 maret 2007, al-Habib Abdurrahman bin Ahmad Assegaf (Pimpinan Ponpes al-Busyro Citayam Depok).

Biasanya para peziarah datang membludak ke Masjid Keramat an-Nur pada bulan Ramadhan, bulan Rabi’ul Awal (Maulid) dan bulan Rajab, untuk ikut memperingati Maulid Nabi Muhammad Saw. yang sekaligus digelar Haul al-Habib Abdullah bin Muhsin Alattas. Tidak sedikit para penziarah yang datang dari mancanagera antara lain Singapura, Malaysia dan dari berbagai belahan negara di Timur Tengah.

• MANAQIB AL-HABIB ABDULLAH BIN MUHSIN ALATTAS

Dalam kitab manaqibnya disebutkan bahwa al-Habib Abdullah bin Muhsin Alattas adalah seorang waliyullah yang telah mencapai kedudukan mulia dan dekat dengan Allah Swt. Beliau termasuk salah satu waliyullah yang tiada terhitung jasa-jasanya dalam sejarah pengembangan Islam dan kaum Muslimin di Indonesia. Beliau seorang ulama Murabbi (pendidik) dan panutan para ahli tasawuf sehingga menjadi teladan yang baik bagi semua kelompok manusia maupun jin.

a. Kelahiran dan Nasab Al-Habib Abdullah bin Muhsin Alattas

Al-Habib Abdullah bin Muhsin Alattas dilahirkan di Desa Haurat salah satu desa di al-Kasar, Kampung Huraidhah, Hadhramaut, pada hari Selasa 20 Jumadil Awal 1275 Hijriah. Sejak kecil beliau mendapatkan pendidikan rohani dan perhatian khusus dari Ayahandanya. Beliau mempelajari al-Quran di masa kecilnya dari Mu’alim Syaikh Umar bin Faraj bin Sabah. Menginjak usia 17 tahun beliau sudah hafal al-Quran. Kemudian beliau oleh ayahnya diserahkan kepada ulama terkemuka di masanya untuk dididik dan diajari berbagai macam cabang ilmu agama.

Nasab beliau adalah al-Habib Abdullah bin Muhsin bin Muhammad bin Abdullah bin Muhammad bin Muhsin bin Husein bin Umar bin Abdurrahman Alattas sampai ke Sayyidina Ali bin Abi Thalib Kw. dengan Sayyidatuna Fathimah az-Zahra binti Rasulullah Saw.

b. Guru-guru Al-Habib Abdullah bin Muhsin Alattas

Al-Habib Abdullah bin Muhsin Alattas adalah seorang tokoh rohani yang dikenal luas oleh semua kalangan umum maupun khusus. Beliau adalah “ahlul kasyaf” dan ahli ilmu agama yang sulit dicari padanannya, baik jumlah amal ibadahnya, kemuliaannya maupun budi pekertinya.

Diantara guru–guru al-Habib Abdullah bin Muhsin Alattas adalah:

1. Al-Quthb al-Habib Abubakar bin Abdullah Alattas. Dari guru yang satu itu beliau sempat menimba ilmu–ilmu rohani dan tasawuf. Beliau mendapatkan doa khusus dari al-Habib Abubakar bin Abdullah Alattas sehingga beliau berhasil meraih derajat kewalian yang tinggi.
2. Termasuk guru rohani beliau yang patut dibanggakan adalah yang mulia al-Habib Shaleh bin Abdullah Alattas dari Wadi ‘Amad. Al-Habib Abdullah bin Muhsin Alattas pernah membaca al-Fatihah di hadapan Habib Shaleh dan Habib Shaleh menalkinkan al-Fatihah kepadanya.
3. Al-‘Arif Billah al-Habib Ahmad bin Muhammad al-Habsyi. Ketika melihat al-Habib Abdullah bin Muhsin Alattas yang waktu itu masih kecil beliau berkata: “Sungguh anak kecil ini kelak akan menjadi orang yang mulia kedudukannya.”
4. Al-Habib Abdullah bin Muhsin Alattas pernah belajar kitab Risalah karangan al-Habib Ahmad bin Zain al-Habsyi kepada al-Habib Abdullah bin Alwi Alaydrus.
5. Al-Habib Abdullah bin Muhsin Alattas sering menemui al-Imam al-Abrar al-Habib Ahmad bin Muhammad al-Muhdhar.
6. Selain itu beliau juga sempat mengunjungi beberapa waliyulllah yang tingal di Hadhramaut seperti al-Habib Ahmad bin Abdullah Albar, seorang tokoh Sunnah dan Atsar.
7. Dan Syaikh Muhammad bin Abdullah Basudan. Al-Habib Abdullah bin Muhsin Alattas pernah menetap di kediaman Syaikh Muhammad Basudan selama beberapa waktu guna memperdalam ilmu agam Kepadanya.

c. Hijrah Al-Habib Abdullah bin Muhsin Alattas ke Berbagai Tempat

Pada tahun 1282 Hijriah, al-Habib Abdullah bin Muhsin Alattas menunaikan ibadah haji yang pertama kalinya. Selama di tanah suci beliau bertemu dan berdialog dengan banyak ulama terkemuka. Kemudian, seusai menjalankan ibadah haji, beliau pulang ke negerinya dengan membawa sejumlah keberkahan. Beliau juga mengunjungi Kota Tarim untuk memetik manfaat dari para wali yang terkenal di sana.

Setelah dirasa cukup maka beliau meninggalkan Kota Tarim dengan membawa sejumlah berkah yang tidak ternilai harganya. Beliau juga mengunjungi beberapa desa dan beberapa kota di Hadhramaut untuk mengunjungi para wali dan tokoh–tokoh agama dan tasawuf baik dari keluarga ‘Alawiyyin maupun dari keluarga lain (Masyayikh).

Pada tahun 1283 Hijriah, al-Habib Abdullah bin Muhsin Alattas melakukan ibadah haji yang kedua kalinya. Sepulangnya dari ibadah haji, beliau berkeliling ke berbagai peloksok dunia untuk mencari karunia Allah Swt. dan sumber penghidupan yang merupakan tugas mulia bagi seorang yang berjiwa mulia. Dengan izin Allah Swt., perjalanan mengantarkan beliau sampai ke Negeri Indonesia. Beliau bertemu dengan sejumlah waliyullah, antara lain al-Habib Ahmad bin Muhammad bin Hamzah Alattas.

Sejak pertemuannya dengan al-Habib Ahmad Alattas tersebut, beliau mendapatkan makrifat. Dan al-Habib Abdullah bin Muhsin Alattas di awal kedatangannya ke Jawa memilih Pekalongan sebagai kota tempat kediamannya. Guru beliau al-Habib Ahmad bin Muhammad Alattas banyak memberi perhatian kepada beliau sehingga setiap kali gurunya mengunjungi Kota Pekalongan beliau tidak mau bermalam kecuali di rumah al-Habib Abdullah bin Muhsin Alattas.

Dalam setiap pertemuannya dengan al-Habib Ahmad Alattas, beliau selalu memberi pengarahan rohani kepada al-Habib Abdullah bin Muhsin Alattas sehingga hubungan antara kedua habib itu terjalin amat erat. Dari al-Habib Ahmad beliau banyak mendapat manfaat rohani yang sulit untuk dibicarakan dan diungkapkan.

Dalam perjalan hidupnya al-Habib Abdullah bin Muhsin Alattas pernah dimasukkan ke dalam penjara oleh penjajah Belanda. Dengan ujian ini, mungkin Allah hendak memberi kedudukan yang tinggi dan dekat kepada al-Habib Abdullah bin Muhsin Alattas dengan diriNya.

d. Karamah Al-Habib Abdullah bin Muhsin Alattas

Selama di penjara, kekeramatan al-Habib Abdullah bin Muhsin Alattas semakin tampak sehingga semakin banyak orang yang datang berkunjung ke penjara Belanda tersebut. Tentu saja hal itu mengherankan para pembesar penjara dan penjaganya. Mereka mendapatkan berkah dan manfaat dari kebesaran al-Habib Abdullah bin Muhsin Alattas sewaktu di penjara. Setiap permohonan dan hajat yang pengunjung sampaikan kepada al-Habib Abdullah bin Muhsin Alattas selalu dikabulkan Allah Swt. Hal ini membuat para penjaga merasa kewalahan menghadapi para pengunjung yang terus bertambah.

Mereka lalu mengusulkan kepada kepala penjara agar segera membebaskan al-Habib Abdullah bin Muhsin Alattas. Namun, ketika usulan itu ditawarkan kepada al-Habib Abdullah bin Muhsin Alattas, beliau menolak dengan halus dan lebih suka menunggu sampai selesainya masa hukuman.

Pada suatu malam, pintu penjara tiba-tiba terbuka dan datanglah kepada beliau sang kakek, al-Quthb al-Anfas al-Habib Umar bin Abdurrahman Alattas seraya berkata: “Jika kau ingin keluar dari penjara, keluarlah sekarang. Tetapi jika engkau mau bersabar maka bersabarlah.”

Beliau ternyata memilih untuk bersabar dalam penjara. Pada malam itu juga Sayyidina al-Faqih al-Muqadam Muhammad bin Ali Ba’alawiy dan Syaikh Abdul Qadir al-Jaelani serta beberapa tokoh wali lainnya mendatangi beliau. Pada kesempatan itu Sayyidina al-Faqih al-Muqadam memberikan sebuah kopiah. Ternyata di pagi harinya kopiah tersebut masih tetap berada di kepala al-Habib Abdullah bin Muhsin Alattas. Padahal beliau bertemu dengan al-Faqih al-Muqadam hanya dalam mimpi.

Pernah suatu hari al-Habib Muhammad bin Idrus al-Habsyi mengisahkan dirinya dengan al-Habib Abdullah bin Muhsin Alattas: “Al-Habib Abdullah bin Muhsin Alattas ketika mendapatkan anugerah dari Allah Swt., beliau tenggelam penuh dengan kebesaran Allah, hilang dengan segala hubungan alam dunia dan segala isinya. Ketika aku mengujungi al-Habib Abdullah bin Muhsin Alattas dalam penjara aku lihat penampilannya amat berwibawa dan beliau terlihat dilapisi oleh pancaran Ilahi. Sewaktu beliau melihat aku beliau mengucapkan bait-bait syair al-Quthb al-Irsyad al-Habib Abdullah al-Haddad yang awal baitnya adalah: “Wahai yang mengunjungi Aku di malam yang dingin, ketika tak ada lagi orang yang akan menebarkan berita fitnah”. Selanjutnya kami berpelukan dan menangis.”

Diantara karamah al-Habib Abdullah bin Muhsin Alattas adalah setiap kali beliau memandang borgol yang membeleggu kakinya, maka terlepaslah borgol itu. Disebutkan juga bahwa ketika pimpinan penjara menyuruh bawahannya untuk mengikat leher al-Habib Abdullah bin Muhsin Alattas dengan rantai besi, atas izin Allah rantai itu terlepas lagi.

Kemudian malang nasib menimpa pemimpin penjara beserta keluarga dan kerabatnya berupa sakit panas yang parah, sehingga dokter pun tak mampu mengobati penyakit tersebut. Barulah kemudian pemimpin penjara sadar bahwa penyakitnya dan penyakit sanak keluarganya itu diakibatkan karena dia telah menyakiti al-Habib Abdullah bin Muhsin Alattas yang sedang dipenjara.

Lantas kepala penjara tersebut mengutus bawahannya untuk meminta doa kepada al-Habib Abdullah bin Muhsin Alattas atas penyakit yang dideritanya dan sanak keluarganya. Maka berkatalah al-Habib Abdullah bin Muhsin Alattas kepada utusan itu: “Ambillah borgol dan rantai ini, lalu ikatkan di kaki dan leher pemimpin penjara itu, maka akan sembuhlah dia.”

Kemudian dikerjakanlah apa yang dikatakan oleh al-Habib Abdullah bin Muhsin Alattas. Dengan izin Allah Swt. penyakit pimpinan penjara dan snak keluarganya seketika itu juga menjadi sembuh. Kejadian ini penyebabkan pimpinan penjara makin yakin akan kekeramatan al-Habib Abdullah bin Muhsin Alattas. Sekeluarnya dari penjara, kemudian al-Habib Abdullah bin Muhsin Alattas tinggal di Jakarta selama beberapa tahun.

e. Perjalanan Al-Habib Abdullah bin Muhsin Alattas ke Empang Bogor

Di awal mula kedatangan al-Habib Abdullah bin Muhsin Alattas ke Indonesia, pada tahun 1800 Masehi, waktu itu beliau diperintahkan oleh al-Habib Abdullah bin Abubakar Alaydrus untuk menuju Kota Mekah. Sesampainya di Kota Mekah, beliau melaksanakan shalat dan pada malam harinya beliau mimpi bertemu dengan Rasullah Saw. Keesokan harinya al-Habib Abdullah bin Muhsin Alattas berangkat menuju Negeri Indonesia.

Sesampainya di Indonesia, beliau dipertemukan dengan al-Habib Ahmad bin Hamzah Alattas Pekojan Jakarta dan beliau belajar ilmu agama darinya. Lalu al-Habib Ahmad Alattas memerintahkan agar beliau datang berziarah ke makam al-Habib Husein bin Abubakar Alaydrus di Luar Batang. Dari sana sampailah perjalanan beliau ke Bogor.

Al-Habib Abdullah bin Muhsin Alattas datang ke Empang Bogor dengan tidak membawa apa-apa. Empang Bogor saat itu belum ada penghuninya, namun dengan keberkahan al-Habib Abdullah bin Muhsin Alattas jadilah daerah tersebut terang benderang.

Dikisahkan bahwa suatu saat al-Habib Abdullah bin Muhsin Alattas tengah makan di pinggiran empang, datanglah kepada beliau seorang penduduk Bogor dan berkata: “Habib, kalau Anda benar-benar seorang Habib Keramat, tunjukanlah kepada saya akan kekeramatannya.”

Makan yang dimakan al-Habib Abdullah bin Muhsin Alattas waktu itu adalah seekor ikan dan ikan itu tinggal separo. Maka al-Habib Abdullah bin Muhsin Alattas berkata: “Ya samak anjul ilaman tabis” (Wahai ikan kalau benar-benar cinta kepadaku tunjukanlah).

Maka atas izin Allah Swt., seketika itu juga ikan yang tinggal separo itu meloncat ke empang. Konon ikan sebelah tersebut sampai sekarang masih hidup di laut.

f. Masjid Keramat Empang Bogor

Masjid Keramat Empang didirikan sekitar tahun 1828 M. pendirian Masjid ini dilakukan bersama para habaib dan ulama besar Indonesia. Di sekitar areal masjid Keramat terdapat peninggalan rumah kediaman al-Habib Abdullah bin Muhsin Alattas yang kini rumah itu ditempati oleh khalifah masjid, al-Habib Abdullah bin Zain Alattas. Di dalam rumah tersebut terdapat kamar khusus yang tidak bisa sembarang orang memasukinya, karena kamar itu merupakan tempat khalwat dan dzikir beliau. Bahkan di sana terdapat peninggalan al-Habib Abdullah bin Muhsin Alattas seperti tempat tidur, tongkat, gamis dan sorbannya yang sampai sekarang masih disimpan utuh.

Kitab-kitab beliau kurang lebih ada 850 kitab, namun yang ada sekarang tinggal 100-an kitab, sisanya disimpan di yayasan Jamiat Khair atau di Rabithah Tanah Abang, Jakarta. Salah satu kitab karangan beliau yang terkenal adalah Fathu ar-Rabbaniyyah, konon kitab itu hanya beredar di kalangan para ulama besar.


Di Kampung Empang al-Habib Abdullah bin Muhsin Alattas menikahi seorang wanita keturanan Dalem Shalawat. Dari sanalah beliau mendapatkan wakaf tanah yang cukup luas, sampai sekarang 85 bangunan yang terdapat di Kampung Empang di dalam sertifikatnya atas nama al-Habib Abdullah bin Muhsin Alattas.

Semasa hidupnya sampai menjelang akhir hayatnya beliau secara istiqamah membaca shalawat Nabi Saw. yang setiap harinya dilakukan secara mudawamah dibaca sebanyak seribu kali, dengan kitab shalawat yang terkenal yaitu Dalail al-Khairat.

g. Kewafatan Al-Habib Abdullah bin Muhsin Alattas

Al-Habib Abdullah bin Muhsin Alattas menghadap ke haribaan Ilahi pada hari Selasa tanggal 29 Dzul Hijjah tahun 1351 Hijriah di awal waktu Dzuhur. Jenazah beliau dimakamkan keesokan harinya pada hari Rabu setelah shalat Dzuhur.

Tak terhitung jumlah orang yang ikut meshalatkan jenazah al-Habib Abdullah bin Muhsin Alattas. Beliau dimakamkan di bagian barat Masjid an-Nur Empang Bogor. Sebelum wafat beliau terserang sakit flu ringan.

Setiap tahunnya, di kawasan Empang Bogor selalu dibanjiri ribuan peziarah yang datang dari berbagai pelosok tanah air, bahkan mancanegara. Semua para pecintanya hendak menghadiri acara haul beliau. Haul al-Habib Abdullah bin Muhsin Alattas diselenggarakan setiap tahunnya tanggal 23 Rabiul Awal (Bulan Maulud) di Jl. Lolongok kompleks Masjid Keramat an-Nur Empang Bogor.

terimakasih kpda  mas sya'roni As-samfury untuk ijin share nya....

Klik link asal di sini:
http://www.muslimedianews.com/2013/09/ikan-yang-sedang-dilahap-itu-pun-hidup.html
http://pustakamuhibbin.blogspot.com/2013/09/ikan-yang-sedang-dilahap-itu-pun-hidup.html


ULAMA NUSANTARA BERKALIBER DUNIA NAMUN HIDUPNYA AMAT SEDERHANA

Hal yang sangat menarik dari sosok Syaikh Yasin al-Fadani adalah kesederhanaannya. Walaupun beliau seorang ulama besar namun beliau tidak segan-segan untuk keluar masuk pasar memikul dan menenteng sayur mayur untuk memenuhi kebutuhan sehari hari. Dengan memakai kaos oblong dan sarung, Syaikh Yasin juga sering nongkrong di warung teh sambil menghisap Shisah (rokok Arab). Tak ada seorang pun yang berani mencelanya karena ketinggian ilmu yang dimiliki Syaikh Yasin.

KH. Sukarnawadi Husnuddu’at mengatakan: “Syaikh Yasin orangnya santai, sederhana, tidak menampakkan diri, sering muncul menggunakan kaos biasa, sarung, dan sering nongkrong di “Gahwaji” untuk nyisyah (menghisap rokok Arab). Tak seorangpun yang berani mencela beliau karena kekayaan ilmu yang beliau miliki. Yang ingkar kepada beliau hanyalah orang-orang yang lebih mengutamakan tampang dzahir daripada yang bathin.”

Jika musim haji tiba Syaikh Yasin mengundang para ulama dari seantero dunia dan para pelajar untuk berkunjung ke rumahnya untuk berdiskusi dan tak sedikit dari para ulama yang meminta ijazah sanad hadits dari beliau. Namun walau musim haji telah lewat, rumah Syaikh Yasin tetap selalu ramai dikunjungi para ulama dan pelajar.

Meski dikenal sebagai seorang maha guru, Syaikh Yasin tetap bersikap tawadhu’ kepada siapa saja. Beliau tak segan untuk meminta ijazah dan ilmu dari para muridnya. Di setiap kunjungannya ke Indonesia, negeri asal nenek moyangnya, beliau mengunjungi beberapa pondok pesantren antara lain di Jakarta, Padang, Palembang, Jawa Tengah, Jawa Timur, Madura, NTB, Kalimantan, Ambon dan Manado. Setiap pesantren yang beliau kunjungi selalu dipenuhi oleh jamaah dari berbagai kalangan, ulama, santri maupun masyarakat awam.

Salah satu kejadian yang menarik sewaktu Syaikh Yasin berkunjung ke Indonesia adalah, banyak para ulama dari berbagai daerah di Indonesai berbondong-bondong menemui Syaikh Yasin untuk dianggap sebagai murid. Salah satu dari mereka adalah Mu’allim KH. Syafi’i Hadzami. KH. Syafi’i Hadzami datang menemui Syaikh Yasin untuk diangkat sebagai murid. Namun Syaikh Yasin menolaknya, bukan karena tidak suka atau ada hal lain, namun Syaikh Yasin menganggap bahwa dirinya tidak pantas menjadi guru dan beliau mengatakan bahwa dirinyalah yang pantas menjadi murid KH. Syafi’i Hadzami.

Syaikh yasin menilai bahwa kedalaman ilmu yang dimiliki KH. Syafi’i Hadzami tak diragukan lagi. KH. Syafi’i Hadzami begitu terkenal namanya di Mekkah sebagai sosok ulama Indonesia yang memiliki keluasan ilmu. Begitulah sosok Syaikh Yasin al-Faddani yang sangat menghargai para ahli ilmu.

• Karamah Syaikh Yasin Al-Faddani

Allah Swt. memang sangat mengasihi hambaNya yang shaleh dengan bentuk yang beragam. Ada yang diangkat derajatnya dengan diberikan ilmu agama yang mendalam dan ada pula yang diberikan kejadian yang luar biasa yang disebut dengan karamah. Syaikh Yasin dimuliakan Allah dengan kedua-duanya. Ini merupakan hasil istiqamah beliau dalam ilmu dan beramal. Ada beberapa kisah yang masyhur di kalangan pecinta beliau antara lain:

Pernah suatu ketika ada seorang tamu asal Syiria, Zakaria Thalib, mendatangi rumah Syaikh Yasin pada hari Jum’at. Ketika adzan Jum’at dikumandangkan, Syaikh Yasin masih saja di rumah. Akhirnya tamu tersebut keluar dan shalat di masjid terdekat.

Seusai shalat Jum’at, ia menemui seorang kawan dan ia pun bercerita pada temannya bahwa Syaikh Yasin tidak shalat Jum’at. Namun hal itu dibantah oleh temannya tersebut seraya berkata: “Kami sama-sama Syakh Yasin shalat di Nuzhah, yaitu di Masjid Syaikh Hasan al-Masysyath yang jaraknya jauh sekali dari rumah beliau.”

KH. M. Abrar Dahlan juga pernah bercerita: “Suatu hari Syaikh Yasin menyuruh saya membikin syai (teh) dan syisah (rokok Arab). Setelah saya bikinkan dan Syaikh Yasin mulai meminum teh, saya keluar menuju Masjidil Haram. Ketika kembali, saya melihat Syaikh Yasin baru pulang mengajar dari Masjidil Haram dengan membawa beberapa kitab. Saya menjadi heran, anehnya tadi di rumah menyuruh saya bikin teh, sekarang beliau baru pulang dari masjid.”

Kejadian yang lain dialami oleh salah seorang murid Syaikh Yasin, KH. Abdul Hamid dari Jakarta. Sewaktu beliau dihadapi kesulitan dalam mengajar ilmu fiqih “bab diyat”, sehingga pengajian terhenti karenanya, malam hari itu juga beliau mendapati sepucuk surat dari Syaikh Yasin. Begitu membuka isi surat tersebut ternyata isinya adalah jawaban dari kesulitan yang sedang dihadapinya. Ia pun merasa heran, dari mana Syaikh Yasin tahu, sedangkan ia sendiri tidak pernah menanyakan kepada siapapun tentang kesulitan ini.

Syaikh Mukhtaruddin Palembang juga bercerita: “Ketika Bapak Presiden Soeharto sedang sakit mata, beliau mengirim satu pesawat khusus untuk menjemput Syaikh Yasin. Akhirnya Pak Soeharto pun sembuh berkat doa beliau.”

• Kewafatan Syaikh Yasin Al-Fadani yang Indah

Setelah sekian lama membaktikan dirinya dalam pengembangan ilmu agama, Hadhratus Syaikh al-‘Allamah Abu al-Faidh Muhammad Yasin bin Muhammad Isa al-faddani al-Makki berpulang ke hadhiratNya pada hari Jum’at Shubuh tanggal 27 Dzul Hijjah tahun 1410 H/20 Juli 1990 M dalam usia 75 tahun.

Dalam waktu singkat berita kewafatannya menyebar luas. Orang-orang pun berdatangan berduyun-duyun untuk bertakziyah. Roman wajah beliau ketika wafat tampak berseri-seri dan tersenyum.

Setelah dishalati usai shalat Jum’at jasad beliau dimakamkan di pemakaman Ma’la. Dan kebesaran Allah ditampakkan oleh para hadirin yang hadir dalam prosesi penguburan jenazah ulama besar tersebut. Begitu jenazah dimasukkan ke liang lahat, bukan liang yang sempit dan lembab yang tampak tapi liang tersebut berubah menjadi lapangan yang luas membentang disertai dengan semerbak wewangian yang harum mewangi nan menyegarkan.

Beliau meninggalkan satu orang istri dengan empat orang putra yaitu Muhammad Nur ‘Arafah, Fahd, Ridha dan Nizar.

Setiap tanggal 28 Dzul Hijjah adalah haul al-Maghfrulah Syaikh Yasin bin Muhammad Isa al-Faddani, tepatnya di masjid Jami’ al-Amjad Jalan Prapanca Buntu. Acara ini biasanya dipimpin oleh khalifah Syaikh Yasin yaitu al-Habib Hamid bin Alwi al-Kaff dan Syaikh Muhammad Husni Thamrin al-Banjari.


Manaqib atau biografi lengkap Syaikh Yasin al-Faddani silakan baca di sini:
http://www.muslimedianews.com/2013/09/manaqib-syaikh-yasin-bin-isa-al-faddani_4417.html
http://pustakamuhibbin.blogspot.com/2013/09/manaqib-syaikh-yasin-bin-isa-al-faddani_4973.html

Koleksi foto Syaikh Yasin Al-Faddani bisa dilihat di sini:
https://www.facebook.com/syaroni.assamfury/media_set?set=a.400465050004410.108507.100001227542013&type=1